
Transformasi Peradaban Digital Mulai 2020. (KOMPAS, 18 Desember 2018)
Suryatin Setiawan
Senior Digital Consultant and Coach – Komisaris TelkomTelstra
Tahun 2020 adalah batu-kilometer yang penting yang menjadi awal masuknya manusia dan peradabannya ke era peradaban dan ekonomi digital tahap lanjut. Itu terjadi setelah dalam
15 tahun terakhir banyak sekali perubahan gaya hidup manusia Indonesia akibat realita berbagai teknologi cyber dan mobile yang masuk dalam pola kehidupan sehari hari, dari berbagai social media, Google map, e-commerce tempat belanja apa saja, aplikasi tiket hotel, pesawat, kereta api, pengantaran barang, Ojol, food delivery sampai pada Imigrasi on-line.
Teknologi digital-cyber-mobile terus melangkah maju dan tanpa segan dan malu merangsek masuk dalam gaya hidup manusia diseluruh muka bumi, termasuk Cuba dan Korea Utara. Di tahun 2020 diantaranya yang akan menjadi gaya hidup adalah Autonomous Vehicle atau Self Driving Car sebagai taksi di jalan jalan raya, dimulai oleh Tokyo berbarengan dengan Olympiade dan kemudian diikuti oleh London. Mobil tanpa pengemudi dan juga bermesin dan tenaga listrik sebagai alat transpor publik. Ini saja sudah akan membawa gangguan-libas-dadakan bagi lebih dari 30 industri lain.
Pada kurun waktu yang sama AR (augmented reality) akan menjadi warna aplikasi dan penggunaan smart-phone untuk banyak hal yang sifatnya produktif maupun hanya sekedar menghibur seperti sudah disebarkan oleh Pokemon Go. Teknologi komunikasi selular 5G resmi mulai 2020 masuk ke jaringan dan layanan publik di beberapa negara, termasuk Australia, negara2 maju di Asia dan Uni Eropa. 5G adalah arena generasi baru dengan rekor kecepatan dan kapasitas data, delay transmisi dan kemampuan menjadi transport bagi IoT yang sudah lama digadang-gadang sejak namanya M2M dulu.
Dunia kesehatan adalah pemakai paling progresif dari big data dan AI (artificial intelligence), mereka sudah melakukan dari sekarang dan membawa kemajuan menakjubkan dalam layanan kesehatan. Sektor dan industri lain juga mendapat tantangan luar biasa besar, tekanan untuk berubah atau hilang dilibas jaman, seperti sektor jasa keuangan dan pendidikan formal bukan lagi ilusi kosong.
Dari semua pembaharuan dan transformasi peradaban itu ada sebuah teknologi yang punya potensi paling liar dan merubah segala macam tatanan yang ada yaitu Blockchain. Lahirnya blockchain yang dikenal dalam bentuk uang digital Bitcoin itu pun didasari oleh motivasi ‘pemberontakan’ akan sistem pengendalian keuangan negara oleh otoritas Bank Sentral yang dipandang gagal sehingga krisis ekonomi global terjadi di 2008.
Semua harus berubah
Transformasi digital ini adalah transformasi peradaban. Siapapun kita akan berubah atau diubah. Berubah jika dengan kesadaran dan mengendalikan, diubah jika tidak sadar. Cara hidup kita, 15 tahun lalu, sudah sangat berbeda dari saat ini, hampir tidak kita kenali lagi. Demikianlah yang akan dialami seluruh manusia dalam 15 tahun ke depan. Sebagai pemerintah, organisasi atau institusi , bisnis atau korporasi, juga sebagai individu dengan status orang tua, dewasa, remaja, anak, berprofesi apapun, dokter, professor, guru, pengacara, notaris, aktuaris, sales, pilot semuanya berurusan dengan perubahan. Ada yang mampu cepat ada yang mampunya sangat lambat bahkan resistan, itu hanya soal waktu belaka.
Perusahaan dan bisnis tentu saja paling berkepentingan. Jaya dan hebat sekarang bukan asset abadi. Hilang cepat bukan mustahil. Semuanya diserahkan pada para pemilik, manajemen dan karyawan di dalamnya. Seperti itu pula Pemerintahan, lembaga dan organisasi apapun.
Daya gerak pertama dan utama ada dalam kepemimpinan korporasi atau organisasi. Kelemahan terbesar adalah gamang membawa diri bersama memasuki era yang kadang sang pemimpin sendiri tidak tahu era macam apa di depan itu. Transformasi memerlukan visi, keberanian, kepiawaian pemimpin dan manajemen serta sumberdaya.
Sebuah sesi strategis dalam lingkaran pemimpin perlu dibuat di awal untuk melihat bersama apa itu era digital setelah 2020, apa saja peluang dan ancaman nya dan dimana korporasi saat ini berada.
Dalam sesi strategis babak lanjut kalau konsensus transformasi sudah terbentuk, identifikasi produk, atau wilayah bisnis digital yang baru, bisa dilakukan , bersamaan dengan identifikasi proses binis, cara kerja di dalam korporasi dan organisasi yang biasanya di Indonesia sangat terbelakang dan sudah jatuh dalam perangkap kenyamanan dan kenikmatan berhenti tanpa gangguan. Proses kerja dan cara kerja kini sudah sangat efisien, partisipatif, akurat, bisa bebas kepentingan, mudah dan itu semua menggeser beban kerja yang berulang-ulang, memerlukan konsentrasi tinggi dalam durasi lama, pekerjaan berbahaya, kotor, perlu tenaga besar, pekerjaan ‘low-level’, dari manusia kepada mesin atau robot. Robot fisik maupun yang tidak terlihat, yang bisa bekerja efisien 7/24/365, tanpa cuti, tanpa tuntutan.
Untuk individu, dunia membukakan diri lebar lebar bagi siapa saja untuk dapat menimba ilmu pengetahuan, ketrampilan, seni, budaya dan cabang peradaban apapun . Pengetahuan dan ilmu sudah di-demokratisasi, bisa diakses siapapun kapanpun. Setiap orang yang mau maju dan unggul, peluangnya besar. Mentalitas baru adalah self-learning, belajar sendiri. Akibat demokratisasi ilmu dan pengetahuan ini Lembaga Pendidikan formal terutama dari SMA sampai Universitas menghadapi acaman besar, berubah atau punah. Pusat Pelatihan ala tradisional di suatu Lembaga hampir tidak relevan lagi.
Yang sangat diperlukan dalam transformasi ini adalah talent ekonomi digital dan pembentukannya memerlukan coach/ mentor yang berpengalaman dan paham akan kultur komunitas dan masyarakat yang sedang mau bertransformasi. Kombinasi self-learning dengan experienced knowledgeable coach diperlukan untuk mencetak digital talent yang sudah diperlukan sekarang oleh korporasi dan organisasi, serta membantu peralihan kemampuan / ketrampilan lama tradisional orang yang ada, menuju ke ketrampilan dan pengetahuan baru yang sesuai proses bisnis dan cara kerja baru. Menjadikan manusia berkarya di domain yang tak tergantikan mesin dan program.
Seperti halnya setiap transformasi, pasti ada banyak muncul resitansi karena takut kehilangan apa yang sudah dipahami, dilakukan dan dinikmati selama ini. Yang menonjol diulas dan dijadikan pemahaman adalah ancaman dan bukan peluangnya, hanya satu sisi dari koin yang sama itu. Persis seperti ketika banyak diskusi menyongsong lahirnya internet di pertengahan tahun 90 an sampai peralihan abad kemarin. Terbukti sudah fokus kepada ancaman tak ada manfaat dan dampaknya, internet sudah menjadi kenyataan hidup dan darah dan oksigen peradaban abad ini dan ke depan. Manusia dan ekonomi tak bisa hidup normal lagi tanpa internet dan teknologi mobile, dan sisi ancaman dan gelap internet juga memang terus hidup berdampingan dengan semua manfaatnya.
Sampailah kita kini ke dunia dengan jargon Revolusi Industri 4.O, atau era Cyberphysical Systems, 106 tahun setelah James Watt menemukan mesin uap untuk industri. Hanya tersisa dua pilihan, bergabung cepat atau ditinggal zaman!